Tulisan ini saya buat dalam rangka mengerjakan tugas sekolah agar dapat mengambil Kertas Hasil Siswa (KHS) atau semacam raport and this is itt
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Musik,
semua orang menyukai musik dan semua orang pernah mendengarkan musik. Musik
suatu hal yang tidak asing lagi ditelinga masyarakat dunia. Meskipun banyak masyarakat yang menganggap bahwa musik
adalah hal yang sederhana. Tetapi, dibalik kesederhanaan musik, musik menyimpan
berbagai macam misteri didalamnya yang mungkin sampai saat ini belum
terpecahkan.
Masyarakat
Indonesia terutama para remaja cenderung gemar mendengarkan musik. Karena musik
dapat menghilangkan stress sehabis melakukan berbagai kegiatan. Remaja Indonesia
menyukai berbagai macam genre musik dari yang ringan seperti genre pop sampai
musik yang berat seperti heavy rock.
Masyarakat
awam lebih cenderung menyukai musik yang bergenre pop. Karena musik genre pop
memiliki komposisi lagu yang mudah untuk dinyanyikan dan liriknya mudah untuk
diingat serta lebih enak didengar ditelinga.Sedangkan masyarakat-masyarakat
yang tingkatnya lebih tinggi seperti bangsawan atau kalangan elit dan orang
yang berjiwa musik tinggi lebih menyukai music bergenre klasik karena sentuhan
seninya lebih murni ketimbang music bergendre lainnya.
Banyak
orang yang berpendapat bahwa music klasik dapat sangat berpengaruh dalam perkembangan Intelligence Quotient atau IQ dan Emotional Quotient atau EQ seseorang. Jadi, apabila kita telah
membiasakan diri untuk mendengarkan music klasik dari kecil ataupun dari dalam
kandungan maka, kita akan lebih cerdas emotional-nya serta intelligence-nya
daripada anak yang tidak mendengarkan musik klasik dari kandungan.
Hal
inilah yang salah satunya menyebabkan sebagian masyarakat kalangan atas
memiliki kecerdasan diatas kecerdasan masyarakat awam. Dikarenakan menurut
beberapa penelitian, musik ternyata dapat mempengaruhi tingkat pola pikir
seseorang. Tetapi tidak semua genre musik, dapat meningkatkan kecerdasan
seseorang hanya genre musik klasik yang memiliki kontribusi besar dalam hal
meingkatkan kemampuan IQ dan EQ. Hal inilah yang biasanya disebut dengan Efek
Mozart.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
dengan apa yang telah dikemukakan diatas penulis akan membahas beberapa hal
tentang Efek Mozart, yaitu sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian musik?
2.
Apa
yang dimaksud dengan Efek Mozart?
3.
Bagaimana
sejarah dari Efek Mozart?
4.
Bagaimana
Efek Mozart dapat meningkatkan kecerdasan dan kesehatan?
5.
Apakah
music klasik memberi pengaruh terhadap hewan dan tumbuhan?
6.
Bagaimana
Efek Mozart menurut ilmu kedokteran?
I.3 Tujuan
Dengan adanya penulisan karya tulis ini, diharapkan pembaca terutama
para remaja dapat mengetahui apa fungsi positif yang dapat diambil dari
kegiatan mendengarkan musik. Sehingga, mendengarkan musik tidak hanya menjadi
sebuah hobi belaka atau penghilang stress. Tetapi juga dapat memberikan dampak
positif besar lainnya, sepert dapat meningkatkan kecerdasan. Dan dengan tulisan
ini, penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui kepastian dari efek Mozart
itu sendiri. Karena dalam penulisan ini, penulis akan memberikan beberapa hasil
penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan.
I.4 Metode atau Teknik
Metode
yang digunakan penulis dalam menulis karya tulis ini adalah dengan cara mencari
bahan-bahan dari internet yang diperlukan untuk menunjang karya tulisnya.
Kemudian mengumpulkan data-data tersebut lalu, memilah data tersebut untuk
mempermudah penulis dalam memilih bahan mana yang cocok untuk dimasukkan
kedalam karya tulisnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Musik
Musik
adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan
keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan
bunyi-bunyian. Musik termasuk kedalam seni yang diciptakan, diperbaiki dan
dipersembahkan kepada masyarakat sebagai hiburan. Musik merupakan fenomena yang
sangat unik yang bisa dihasilkan oleh berbagai alat musik.
Musik
juga dapat diartikan sebagai suatu bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda
berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Musik merupakan suatu
karya seni yang tercipta secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan kemudian
di sajikan sebagai music.
Musik
menurut seorang filsuf Aristoteles, mempunyai kemampuan mendamaikan hati,
mempunyai kemampuan untuk terapi dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Seni musik
juga mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat antara lain
sebagai sarana pendidikan dan mata pencarian.
Musik memiliki beberapa jenis yang dibagi menjadi beberapa genre, diantaranya
adalah jazz, rock, pop, klasik, dan lain sebagainya.
Musik Jazz adalah genre musik yang berasal dari
dengan akar-akar dari musik Afrika dan Eropa.
Musik Rock adalah genre musik populer yang akarnya berasal dari RnB, dan Country. Musik pop adalah sebuah genre musik yang berasal dari rock and roll. Musik klasik merupakan
istilah luas yang biasanya mengarah pada musik yang berakar dari tradisi kesenian Barat, musik kristiani, dan musik orkestra. Musik
klasik pada umumnya mempunyai keseimbangan antara empat unsur musik, yakni
melodi, harmoni, irama (rhythm) dan warna suara (timbre).
II.2
Pengertian Efek Mozart
Istilah Mozart effect (efek Mozart)
diciptakan pada tahun 1995 oleh para ilmuwan di Universitas California yang
menemukan bahwa ternyata siswa mendapat nilai yang lebih baik pada tes IQ
setelah mendengarkan musik Mozart. Para ilmuwan juga mencoba musik trance,
musik minimalis, audio-books, dan instruksi relaksasi, namun tidak ada yang
berpengaruh seperti musik Mozart.
Efek
Mozart adalah istilah yang digunakan para peneliti untuk mengatakan manfaat
atau efek positif dari musik klasik. Ini merupakan fenomena yang sangat
misterius belakangan ini. Para ilmuwan banyak meneliti tentang mengapa hal
sederhana seperti musik klasik ini dapat meningkatkan kecerdasan maupun
kesehatan. Fenonema ini dinamakan efek Mozart dikarenakan sebagian besar karya
dari Wolfgang Amadeus Mozart memberikan pengaruh positif yang sangat besar
terhadap kecerdasan dan kesehatan seseorang.
Grace Sudargo,
seorang musisi dan pendidik menyatakan bahwa dasar-dasar musik klasik secara
umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam
perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga makhluk hidup.
II.3
Sejarah Efek Mozart
Sejarah
efek Mozart di mulai sejak sebuah penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa manfaat musik bagi kemampuan
non-musikal sebenarnya sudah berkembang lebih dari setengah abad. Terapi musik
modern berkembang pada akhir tahun 1940-an untuk mengobati kelelahan perang
yang diderita oleh para prajurit se-usai Perang Dunia II.
Meski Army Surgeon General, Chief of Navy
Bureau of Medicine and Surgery, dan Veterans Administration Chief of Medical
Services mengatakan bahwa musik tidak dapat digolongkan sebagai terapi seperti
halnya penicilin, kinine atau radiasi. Tetapi, musik tetap dimasukkan kedalam
daftar obat-obatan Angkatan Darat. Bahkan sejumlah rumah sakit, klinik dan
panti jompo di seluruh negeri membuat program menghadirkan pertunjukan musisi
setempat.
Karena maraknya isu tentang teknik
penyembuhan dengan music membuat Alfred Tomatis, dokter Prancis tertarik untuk
melalukan sebuah penelitian. Sampai pada akhirnya Tomatis, melakukan gebrakan
besar untuk penyembuhan dengan musik.Berdasarkan pengujian yang dilakukannya
terhadap lebih dari 100.000 pasien di Listening Centers yaitu pusat pelatihan
bagi penyandang cacat pendengaran dan orang yang terganggu dalam hal vokal dan
pendengaran di Paris, Dibuktikan juga bahwa irama, melodi dan frekuensi tinggi
dari komposisi musik Mozart merangsang dan menguatkan wilayah kreatif dan
motivasi di otak.
Hal itu bersumber dari karya yang murni dan
sederhana. Mozart tidak membuat jalinan yang memukau seperti jenius besar
matematik, Bach. Dia juga tidak membangkitkan gelombang pasang emosi seperti
Beethoven. Karyanya juga tidak membuat tubuh jadi rileks seperti musik rakyat,
atau membuat tubuh bergoyang seperti lagu rock. Sebaliknya musik Mozart itu
misterius, namun sekaligus mudah dipahami, tanpa ada trik yang membingungkan.
Pada tahun 1998, Don Campbell, seorang
musisi, bersama Dr. Alfred Tomatis seorang psikolog, juga mengadakan penelitian
untuk melihat efek positif dari beberapa jenis music. Hasilnya dituangkan pada
buku mereka yang diterbikan di Indonesia dengan judul “Efek Mozart,
Memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan kreativitas
dan Menyehatkan Tubuh”. Banyak fakta yang diungkapkan di buku ini, bahwa musik
klasik dapat meningkatkan fungsi otak dan intelektual manusia secara optimal. Meskipun
Mozart memiliki ciri yang dekat dengan Haydn dan komponis lain sezamannya,
Tomatis menegaskan dalam tulisan Pourquoi Mozart, “Dia memiliki efek, suatu
pengaruh yang tidak dimiliki komponis lain. Mozart mempunyai kekuatan yang
membebaskan, mengobati, dan bahkan menyembuhkan. Keampuhannya jauh melampaui
apa yang kita amati di antara para pendahulu, rekan semasanya ataupun
penggantinya”. Campbell dan Tomatis mengambil contoh karya Mozart yaitu Sonata
in D major K 488 yang diyakini mempunyai efek rangsang yang paling baik untuk
bayi.
Efek dari karya-karya Mozart selain tidak
surut selama jangka lama, malah telah melampaui wilayah menikmati musik secara
murni dan memilki efek penyembuhan ajaib. Mulai dari penyakit pikun hingga
epilepsy, dari meningkatkan IQ hingga peningkatan produksi susu sapi, banyak
laporan penelitian ilmu kedokteran kerap menyinggung musik dari Mozart paling
memiliki efek penyembuhan.
Efek Mozart paling awal dipublikasikan pada
tahun 1993 lewat otoritas majalah iptek. Percobaan dari dua orang professor
Universitas California membuktikan bahwa dengan mendengarkan sonata Mozart
selama 10 menit bisa menumbuhkan IQ. Namun, rupanya tidak hanya itu, bahkan
musik klasik dapat meningkatkan Spiritual Quotient.
Bahkan, dalam buku Efek Mozart karya
Campbell, dituliskan bahwa musik romantik (Schubert, Schuman Chopin, dan
Tchaikovsky) dapat digunakan untuk meningkatkan kasih sayang dan simpati.
UNESCO yaitu lembaga
kesehatan dunia juga telah menegaskan, pertama musik klasik adalah alat
pendidikan. Kedua, musik adalah alat untuk mempertajam rasa inteletual manusia
(intellect Einfullung).
II.4 Cara Efek Mozart dapat Mempengaruhi Otak?
Oleh para pakar, organ
pengontrol pikiran, ucapan, dan emosi yaitu otak dibedakan atas dua belahan,
kiri dan kanan, dengan fungsi berbeda. Otak kanan berkaitan dengan perkembangan
artistik dan kreatif, perasaan, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan,
warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, serta pengembangan
kepribadian. Sementara otak kiri merupakan tempat untuk melakukan fungsi
akademik seperti baca-tulis-hitung, daya ingat seperti nama, waktu, dan peristiwa,
logika, dan analisis. Oleh karena itu, bila stimulasi dilakukan secara
seimbang, diharapkan anak yang dilahirkan kelak tidak cuma memiliki kemampuan
akademik yang baik tetapi juga kreatif. Apabila dia pintar matematika, dia juga
mampu berbahasa, menulis, dan mengarang dengan baik.
Dengan
adanya dasar seperti itu maka cara musik untuk mempengaruhi kecerdasan anak
yaitu dengan cara musik
merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena
masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga
bayi berusia tiga tahun. musik mampu mempengaruhi struktur dan fungsi otak pada
area auditori, sensorimotor dan area integrasi multimodal.
Penelitian Dr. Chapma juga
menyatakan bahwa, jenis musik yang membuat seorang ibu merasa nyaman, bukan
berarti memiliki efek yang sama bagi bayinya. Musik yang membuat nyaman bayi
dalam kandungan adalah yang berirama teratur, misalnya musik yang mirip suara
detak jantung ibu
yang biasa didengarnya. Musik yang lembut seperti musik klasik cocok untuk bayi
dalam kandungan.
Saran yang sesuai dengan
penelitian ini adalah memperdengarkan jenis musik tertentu untuk bayi dalam
kandungan, yaitu musik yang memiliki nada dan irama yang teratur seperti musik
klasik, kemudian mengajak bayi dalam kandungan berbicara dengan berbagai nada
dan intonasi yang sesuai, serta memainkan alat musik seperti gitar dan piano.
Di negara-negara dengan
tradisi musik klasik yang maju, seperti di Jerman misalnya, pembelajaran tentang
terapi “musik untuk bayi dalam
kandungan” sudah sangat maju dan berkembang. Menurut berbagai hasil
penelitian ilmiah dari sejumlah ahli seperti
dokter syaraf, psikolog, dokter anak, dokter kebidanan, dan lain-lain
menyimpulkan bahwa:
1. Bayi
dalam kandungan telah dapat mendengar secara jelas pada usia enam bulan,
sehingga ia dapat menggerakkan tubuhnya sesuai dengan nada dan irama suara
ibunya.
2. Bayi
dalam kandungan mampu merespon sedikit suara musik pada usia 4 / 5 bulan. Bayi
dalam kandungan dapat bereaksi terhadap bunyi dan melodi dengan cara berbeda
terhadap ritme atau irama musik.
3. Bayi
dalam kandungan sudah memiliki perasaan, kesadaran, dan daya ingat.
4. Bayi
dalam kandungan yang diberi rangsangan musik secara teratur ternyata mampu
memacu kecerdasan bayi setelah lahir.
Sedangkan penelitian sebuah
klinik di Slovakia menyatakan bahwa manfaat musik klasik untuk bayi bisa
membuat bayi menjadi nyaman saat menjalani sebuah sesi pengobatan serta
menjadikan bayi lebih cerdas dan lebih cepat merespon kemampuan berpikirnya.
Music klasik juga dapat digunakan untuk bayi
dengan kelahiran premature. Pada bulan Januari tahun 2010, jurnal Pediatrics
menerbitkan sebuah penelitian dari para ilmuwan Israel yang menunjukkan bahwa
musik Mozart membantu proses kelahiran bayi prematur lebih cepat dengan berat
badan normal. Para peneliti memutar sekitar 30 menit musik Mozart kepada 20
bayi prematur di Tel Aviv Sourasky Medical Center selama dua hari
berturut-turut dan ternyata mereka memiliki berat badan yang lebih besar
daripada bayi-bayi prematur lainnya yang tidak mendengarkan musik.
Para dokter mencatat bahwa bayi yang
mendengarkan musik menjadi lebih tenang, sehingga mengurangi pengeluaran energi
saat beristirahat (Resting Energy Expenditure atau REE). “Paparan musik Mozart
secara signifikan menurunkan REE pada bayi prematur yang sehat. Kami
berspekulasi bahwa efek musik terhadap REE mungkin menjelaskan peningkatan
berat badan sebagai hasil dari efek Mozart,” menurut kesimpulan para peneliti
dalam makalah mereka.
Berdasarkan analisa ilmuwan, efek Mozart
berawal dari melodi dalam musik Mozart yang sesuai dengan model pergerakan otak
manusia. Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada
berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada
otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang
hingga 80 % dengan musik di sekelilingnya.
II.5
Efek Mozart Terhadap Hewan dan
Tumbuhan?
Seperti yang telah dilaporkan dalam sebuah
artikel pada tahun 2007 oleh media Spanyol, El Mundo, sapi di sebuah peternakan
di Villanueva del Pardillo, Spanyol, menghasilkan 30 - 35 liter (sekitar 8-9
galon) susu per hari, dibandingkan dengan hanya 28 liter di pertanian lainnya.
Menurut pemilik Hans-Pieter Sieber, ini adalah berkat Concerto for Flute and
Harp in D karya Mozart, yang diperdengarkan kepada 700 ekor sapinya pada saat
pemerahan. Ia juga mengklaim bahwa susunya memiliki rasa yang manis.
Menurut ABC News, biarawan di Brittany,
Prancis, merupakan orang pertama yang menyuruh peternak untuk memperdengarkan
lagu Mozart kepada para sapi, Dan kini, para peternak mulai dari Israel hingga
Inggris semuanya memperdengarkan musik klasik bagi sapi mereka.
Penelitian lain pernah dilakukan oleh Frances
Rauscher dan koleganya dari Universitas Wisconsin, AS. Mereka melakukan
penelitian tentang hubungan antara kecerdasan dan musik. Para peneliti dari
perguruan tinggi tersebut membagi dua kelompok tikus hamil.
Kepada
kelompok pertama diperdengarkan sejumlah sonata-sonata yang indah dari Mozart.
Lalu, bayi-bayi tikus yang baru lahir masih tetap disuguhi musik yang sama
sampai mereka berusia 2 bulan. Kelompok induk lainnya diperdengarkan musik
minimalis Glass dan hal itu dilanjutkan sampai bayi-bayi tikus berusia 2 bulan.
Rauscher dan kawan-kawannya kemudian menguji apakah “vitamin musik” yang diberikan
sebagai makanan suplemen untuk dua kelompok tikus itu memberi dampak pada
kecerdasan.
Mereka menguji tikus-tikus bayi itu untuk
berlomba di jaringan jalan yang ruwet, jalan yang simpang siur, untuk
mendapatkan hadiah makanan. Hasil uji coba sangat mengesankan. Bayi-bayi tikus
yang mendapatkan “vitamin musik klasik” dari sonata-sonata Mozart bekerja
dengan sempurna dan sedikit sekali melakukan kesalahan dan mereka membutuhkan
waktu yang tidak terlalu lama untuk makanan sebagai hadiahnya. Sedangkan kelompok
tikus yang mendapat vitamin musik minimalis dari Glass tampak tidak secerdas
kelompok “klasik”. Demikian
laporan para peneliti dalam jurnal ilmiah Neurological Research seperti yang
dikutip oleh Reuter. Penelitian tersebut mengisyaratkan musik yang kompleks
(musik klasik) telah meningkatkan daya belajar tikus terhadap ruang dan waktu
(spatial-temporal).
Selain itu penelitian pada tahun 2010,
dilakukan sebuah pabrik pengolahan limbah dekat Berlin, Jerman, mereka
mengujicobakan sistem suara Mozart yang dibuat oleh perusahaan Jerman, Mundus.
Musik karya Mozart “The Flute Enchanted” itu diperdengarkan bagi mikroba
pemakan limbah.
Awalnya, pabrik hampir membatalkan percobaan
setelah beberapa bulan. Namun setelah setahun, ketika tiba saatnya untuk
membersihkan lumpur, pabrik mendapati bahwa mereka hanya mengangkut 6.000 meter
kubik lumpur, bukan 7.000 meter kubik seperti yang biasa mereka lakukan.
Detlef Dalichow, spesialis dalam manajemen
air limbah, mengatakan kepada surat kabar Märkische Allgemeine, “Limbah lumpur
yang harus kami angkut pergi secara signifikan telah berkurang.”
Perusahaan diperkirakan mampu menghemat
hingga 10.000 euro (sekitar 115 juta rupiah) untuk biaya pengangkutan lumpur.
Mundus mengatakan bahwa dalam memutar musik Mozart, mereka berusaha menggunakan
speaker besar sehingga tampak semirip mungkin dengan suara ruang konser.
Percobaan juga dilakukan kepada tumbuhan.
Telah dilakukan percobaan memperdengarkan segala macam musik pada tanaman sejak
1970-an. Beberapa jenis musik mereka gemari, dan beberapa musik lainnya justru
membuat mereka mati. Sedangkan musik Mozart merupakan salah satu musik favorit
bagi tanaman.
Salah satu eksperimen pertama antara tanaman
dan musik terjadi pada 1973 ketika sarjana Dorothy Retallack menggunakan ruang
control bionic yang diputarkan 2 channel radio yang berbeda. Dalam ruang
pertama, tanaman harus mendengarkan musik rock selama tiga jam sehari.
Sedangkan di ruang lain, radio memperdengarkan music klasik selama tiga jam
sehari.
Ternyata tanaman yang mendengarkan music
klasik tumbuh lebih sehat, dan batang mereka mulai menekuk ke arah radio.
Sebaliknya, tanaman yang mendengarkan musik rock, memiliki daun kecil dan
bersandar jauh dari radio. Mereka tumbuh tinggi dan kurus, dan sebagian besar
dari mereka mati setelah 16 hari.
Pada tahun 2001, demi mencari cara alami
untuk menjaga tanaman anggurnya terbebas dari hama, pecinta musik Carlo
Cignozzi mengatur speaker di sepanjang 24 hektar perkebunan anggur Tuscan, Il
Paradiso di Frassina. Dia memutar berbagai musik klasik, termasuk Mozart,
kepada tanaman-tanaman anggurnya 24 jam sehari, dan mendapati bahwa
anggur-anggurnya tampak lebih cepat matang. Cignozzi mengatakan bahwa anggur
yang berjarak paling dekat ke speaker lebih cepat matang, dan hal ini hanya
bekerja dengan musik klasik saja, dan bukannya pop atau rock.
Pada tahun 2006, sebuah tim peneliti dari
Universitas Florence melakukan penyelidikan lebih lanjut. Menurut profesor
pertanian Stefano Mancuso, suara musik membuat anggur matang lebih cepat
daripada mereka yang tidak terpapar musik. Musik juga memiliki efek positif
pada pertumbuhan pohon anggur dan lebar daun per pohon anggur.
II.6 Efek Mozart Terhadap Ilmu Kedokteran
Ternyata Efek Mozart tidak
hanya dapat mencerdaskan kemampuan intelektual seseorang, tetapi Efek Mozart
dapat memberikan pengaruh di bidang medis. Diantaranya adalah menyembuhkan
beberapa penyakit yaitu Alzeimer, Fisiologi Jantung, Ansietas dan Perawatan
Kanker.
Alzheimer adalah penyakit yang biasanya diderita oleh para lansia
(lanjut usia) dan ditandai dengan kesulitan berbicara, berjalan, dan demensia,.
Dengan kemunduran segala fungsi tubuh dan berkurangnya interaksi sosial, para
penderita Alzheimer dapat mengalami penurunan kualitas hidup. Musik terbukti
memperbaiki fisiologi tubuh mereka yang ditandai cukupnya partisipasi,
senyuman, kontak mata, dan umpan balik verbal untuk menyatakan perasaan. Musik
dapat menambah kualitas hidup dengan menolong penderita sehingga mempunyai perilaku
sosial yang lebih baik. Musik diyakini memiliki kemampuan mempengaruhi emosi
sesorang dan dapat membantu mengekspresikannya, namun dalam batas tertentu dan
tidak lepas kendali.
Masih banyak lagi penelitian tentang efek musik terhadap Alzheimer
dan kebanyakan mendapatkan hasil yang positif. Walaupun belum dapat diklaim
bahwa musik dapat menyembuhkan Alzheimer secara total, namun terbukti bahwa
musik dapat meningkatkan keadaan pasien secara fisik maupun sosial.
Penggunaan musik di
rumah-rumah sakit masa kini mulai banyak, hal ini disebabkan efek musik yang
menenangkan dan menyenangkan pasien, sehingga berakibat pada perbaikan kondisi
kesehatan, khususnya jantung dan pembuluh darah. Informasi dalam bentuk musik
diyakini dapat menguntungkan karena tidak mengganggu pekerjaan dibandingkan
informasi verbal. Penelitian serupa juga dilakukan pada sekelompok mahasiswa
yang menghadapi stres kognisi karena diharuskan presentasi oral. Tingkat
ansietas, denyut jantung, dan tekanan darah sistolik meningkat tajam akibat stressor
tersebut. Para mahasiswa ini diterapi dengan musik “Pachebel’s Canon in D Major” Terjadi
penurunan ansietas yang berarti pada kelompok subjek dibandingkan kelompok
kontrol dan detak jantung serta tekanan darah arteri kelompok ini turun,
sementara pada kelompok kontrol naik.
Terapi musik telah banyak
diterapkan untuk menurunkan ansietas, denyut jantung, dan tekanan darah.
Meskipun tidak semua penelitian yang dilakukan tersebut mendapatkan hasil yang
diharapkan, namun kebanyakan telah membuktikan bahwa musik memang baik bagi
fisiologi jantung dan pembuluh darah. Lebih lanjut, terapi musik telah
dianjurkan bersama bentuk terapi lain seperti yoga, meditasi, olahraga, dan
diet sebagai terapi pelengkap bagi pasien penderita penyakit jantung.
Terapi komplementer dan
alternatif, khususnya musik, mulai banyak digunakan disamping terapi mainstream (utama),
hal ini bermanfaat untuk symptom management, mengurangi sakit dan
mual karena kanker serta meningkatkan kualitas hidup. Beberapa
teknik terapi musik yang dapat dilakukan termasuk teknik vocal, pendengaran, dan
teknik instrumental. Teknik ini memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi
perasaan dan emosi berkaitan dengan pengalaman rasa sakit. Sepuluh pasien
Onkologi dewasa mengikuti 8 sesi terapi musik selama 10 minggu, terapi musik
yang digunakan bersifat aktif dan pasif. Mood State dan kohesifitas
dalam kelompok diukur sebelum dan sesudah sesi, dan terjadi peningkatan
signifikan pada mood state, namun tidak pada kohefisitas
kelompok.
Hal ini menyiratkan
bahwa terapi musik dapat digunakan untuk membantu pasien penderita kanker,
setidaknya secara psikologis. Terapi musik juga dimanfaatkan untuk menolong
pasien kanker anak-anak. Walaupun tidak dapat menyembuhkan, setidaknya musik
dapat menolong anak-anak tersebut sehingga memiliki kehidupan sosial yang lebih
baik.
BAB III
PENUTUP
III.
1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, telah terbukti
bahwa musik klasik khususnya karya Mozart dapat memberikan pengaruh positif. Efek Mozart adalah
penemuan yang cukup sensasional di bidang musik. Pembelajaran musik jangka
panjang serta interaksi aktif dengan musik akan menghasilkan dampak yang lebih
berarti daripada hanya mendengar secara pasif. Kasus-kasus dan penelitian
tentang terapi musik telah banyak dilakukan dan terbukti dapat menolong kondisi
fisiologis, mental, dan sosial pasien. Penelitian lebih lanjut mengenai musik
bekerja terhadap fisiologi tubuh manusia dan jenis musik yang dapat memberi
hasil terbaik harus terus diusahakan di masa mendatang demi menjamin keberadaan
musik sebagai terapi dalam dunia kedokteran.
Kita
juga mengetahui bahwa ternyata Efek Mozart ini bukan hanyalah sekedar sugesti
belaka untuk meningkatkan omset penjualan karya-karya Mozart. Mahalan
music-musik klasik seperti karya Mozart dianjurkan untuk didengarkan bagi para
ibu yang sedang mengandung.
Kini,
masyarakat tidak perlu ragu untuk mencoba mendengarkan musik klasik dan
memperdengarkan kepada janin yang dikandung serta kepada anak-anak didik di
seluruh sekolah di mana saja. Apabila kurang menyukai music-musik klasik seperti
Mozart, Bach, atau Beethoven, mulailah dengan lagu-lagu semi klasik seperti
musik dari Richard Clayderman ataupun dari Andre Rieu.
III.2
Saran
Jadi,
apabila anda merasa lelah dengan aktivitas sehari-hari anda, cobalah anda
istirahat sejenak sambil mendengarkan music terutama music klasik. Karena
mungkin dengan melakukan hal ini dapat membangkitkan kembalik semangat dan
kekuatan anda dalam menempuh aktivitas yang berat.
Seperti yang dikatakan
oleh Wulaningrum Wibisono, S.Psi
,”Jikalau Anda merasakan hari ini begitu berat, coba periksa lagi hidup Anda
pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum mendengarkan musik dan bernyanyi.”
DAFTAR PUSTAKA
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Wolfgang_Amadeus_Mozart