Pendidikan
dizaman sekarang sangatlah diutamakan. Karena dengan pendidikan yang maju dapat
meningkatkan sumber daya manusia. Sehingga, dapat membantu dalam pembangunan
negara. Jadi dapat dikatakan bahwa pembentukan kepribadian dan wawasan
seseorang banyak dilakukan pada masa sekolah. Pada masa sekolah siswa
benar-benar akan dituntut untuk menggunakan fasilitas sekolah dengan semaksimal
mungkin sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya dengan semaksimal
mungkin.
Namun
apa jadinya apabila tujuan awal adalah menjadi siswa yang baik malah di hambat
oleh senior atau kakak kelas. Hal seperti ini sering disebut dengan senioritas.
Senioritas itu sendiri bukan hal asing lagi bagi para pelajar, hal ini sering
terjadi di Sekolah Menengah Atas (SMA) berasrama dan Universitas di Indonesia. Dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Senioritas sendiri memiliki arti keadaan
lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman dan usia, prioritas status atau
tingkatan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja. Senioritas sendiri
dapat menimbulkan dampak, baik secara fisik maupun psikis
Senioritas
biasanya memaksakan adik kelas untuk melakukan segala hal yang diinginkan oleh
kakak kelas. Kakak kelas selalu mengatakan bahwa peraturan mereka dapat membuat
diri adik kelas menjadi lebih baik. Dengan dalih seperti ini akhirnya
kebanyakan senioritas dijalankan dengan tidak wajar, bahkan ada yang memakan
korban. Adik kelas harus menerima nasib mereka sebagai junior meskipun mereka
tidak salah sedikitpun, karena selalu ada peraturan seperti ini dalam
senioritas “1. Senior selalu benar 2. Apabila senior salah maka kembali lagi ke
peraturan pertama” .Hal-hal seperti ini seharusnya tidak selayaknya dilakukan
hanya untuk senior ingin di segani.
Banyak
opini yang berkata bahwa sebagai kakak kelas harus kejam dan galak sehingga
disegani oleh adik kelas. Sebenarnya, opini semacam ini sangatlah salah karena
sebenarnya jika kakak kelas berlaku baik dan berlaku wajar, maka adik kelas akan
berlaku hormat dan segan dengan sendirinya. Sama seperti perkataan “Jika kau
ingin di hormarti maka hormatilah orang lain”.
Sudah selayaknya kakak senior yang lebih berpengalaman dan lebih tua
yang pemikirannya telah jauh lebih dewasa daripada adik juniornya memberikan
contoh yang baik kepada juniornya. Jadi, jangan hanya sekedar membuat peraturan
untuk ditaati oleh juniornya saja, sementara senior dapat dengan ‘seenaknya’
melanggar.
Senioritas
biasanya paling banyak diterjadi pada saat tahun ajaran baru dimulai. Seperti
saat MOS atau OSPEK. Kejadian yang sering terjadi pada masa ini biasanya adalah
acara “Bentak-bentakan” dan berbagai macam penekanan psikis lainnya dilakukan
oleh kakak angkatan. Secara tersirat usaha untuk mematikan kepribadian siswa-siswa
didik baru sudah dilakukan dari awal secara perlahan-lahan.
Berbagai
macam bentuk bentakan dan penekanan psikis terhadap siswa baru akan menimbulkan
banyak efek buruk bagi siswa baru tersebut. Meskipun, tidak semua siswa baru
merasa tertekan dengan situasi seperti ini. Bahkan, ada beberapa siswa baru
yang merasa terbantu dengan senioritas. Tetapi tetap saja, lebih banyak yang
merasa senioritas tetap hal yang melanggar hak asasi manusia.
Tekanan
psikologis yang dilakukan senior memang menyebabkan para junior berprilaku
sangat baik, taat dan disiplin. Tapi, saat tekanan psikologis itu dihentikan
maka akan terjadi fenomena pegas. Fenomena pegas yaitu pada saat kita menekan
pegas, maka dia akan menuruti tekanan kita, tetapi ketika kita melepas pegasnya
maka dia akan bergerak melawan tekanan yang tadi kita berikan. Maksudnya,
ketika kita masih ditekan oleh senior maka kita akan selalu berperikalu baik,
taat dan disiplin. Tetapi ketika tekanan itu dihentikan (telah mejadi senior)
maka kita dapat menjadi berperilaku kurang baik, tidak taat dan tidak disiplin.
Masalah
lain yang biasanya ditimbulkan dari senioritas adalah munculnya dendam. Hal ini
akan berdampak pada kehidupan social siswa. Karena merasa tidak terima
diperlakukan “semena-mena” oleh senior maka sehabis masa pendidikan para junior
kebanyakan tidak menyukai para seniornya. Hal ini juga berdampak pada junior di
tahun berikutnya. Karena dendam tadi, tetapi tidak ada tempat untuk
pelampiasan, maka adik angkatan yang tidak bersalah menjadi korban. Hal ini
membuat senioritas aka nada disetiap tahunnya. Jika hal ini terus di lanjutkan,
maka senioritas akan menjadi semacam tradisi di sebuah sekolah yang sejak awalnya
menerapkan system ini.
Memang
berbagai permasalahan diatas tidak menimpa seluruh siswa. Tetapi, perlakuan
yang sama terhadap semua siswa yang memiliki kepribadian yang berbeda itulah
yang menyebabkan efek senioritas menjadi buruk. Selain itu, biasanya senioritas
banyak diselewengkan. Alih-alh melatih kedisiplinan, para senior malah
menjalankan system ini hanya sekedar untuk bersenang-senang, seperti mecari
kepuasan dengan semua ini.
Untuk
mengatasi masalah senioritas adalah yang pertama kita memang harus kuat mental,
kita tidak boleh menyerah hanya karena dibentak-bentak oleh senior. Jangan karena
hanya takut dibentak-bentak oleh senior kita berniat untuk tidak sekolah maupun
pindah sekolah. Ingat kata pepatah “semuanya akan indah pada waktunya” jadi
mungkin dari semua kejadian ini akan ada hikmahnya bagi kita sendiri.
Yang
kedua, kita sebisa mungkin menaati peraturan yang dibuat oleh senior selama
peraturan mereka tidak diluar akal pikir manusia dan apabila kurang setuju
dengan peraturan mereka sebisa mungkin kita berfikir kembali, mungkin peraturan
mereka dapat mengubah diri kita menjadi lebih baik nantinya apabila sudah ‘terjun’
ke masyarakat
Ketiga,
sebaiknya setelah kita menjadi senior. Kita meninjau kembali apa kegunaan dari
kegiatan senioritas ini. Jangan sampai kita malah meneruskan tradisi yang tidak
seharusnya untuk diteruskan. Lalu, diusahakan sebisa mungkin ketika kita
menjadi senior, kita tetap menjadi disiplin dan taat seperti kita masih menjadi
junior sehingga dapat menjadi contoh adik angkatan dan jangan sampai memiliki
dendam.
Jadi
intinya, senioritas memang dapat berakibat buruk terhadap psikologi dan
kehidupan social siswa. Oleh karena itu harus adanya upaya-upaya tertentu untuk
menghilangkan senioritas. Sebaiknya kita dapat melihat sekolah lain yang tidak
menggunakan system senioritas tetapi tetap dapat menghasilkan siswa-siswa yang
unggul dan disiplin. Mereka mampu menghasilkan siswa-siswa unggul dan disiplin,
karena mereka telah megubah pola pengenalan terhadap hidup dengan lebih
mengenalkan budaya, norma, dan semua aspek lainnya dengan dalih disiplin. Jika
mereka saja berhasil, mengapa kita tidak?
0 komentar:
Posting Komentar